Kolase
PANGKALAN KERINCI – Persoalan rantai distribusi pertanian yang panjang masih menjadi kendala bagi petani. Keuntungan yang didapat masih sangat rendah. Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (DKPTPH) Kabupaten Pelalawan, Tengku Nahar mengatakan pemerintah telah menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak guna mengatasi persoalan klasik ini.
Salah satunya melalui kegiatan pelatihan budidaya tanaman hortikultura kepada Kelompok Tani oleh Program Community Development (CD) PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), bagian dari grup APRIL bekerjasama dengan Tani Foundation, grup dari TaniHub, sebuah startup pertanian untuk mewujudkan kesejahteraan petani kecil.
“Kita memiliki banyak persoalan pemasaran pertanian, termasuk adanya permainan spekulan, sehingga petani kita tidak menikmati hasilnya. Ini harus kita cari terobosannya. Semoga dengan adanya pelatihan dari PT RAPP bersama Tani Foundation ini, hasil produk pertanian benar-benar dirasakan manfaatnya bagi petani kita,” ujar Tengku Nahar saat membuka pelatihan yang berlangsung pada 19-26 November 2021 di Desa Makmur, Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan.
CD Strategic Manager RAPP, Bertone Anwar mengatakan selain untuk memutus rantai distribusi, pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hasil pertanian para petani agar tetap kompetitif di pasaran.
“Kalau rantai distribusi terlalu banyak berada di tengah, tentu petani mendapatkan hasil yang sedikit dan konsumen membelinya juga mahal. Harapannya petani bisa langsung ke konsumen melalui sistem digital, sehingga penjualan dari petani bisa lebih tinggi dan konsumen membeli lebih murah,” kata Bertone.
Bertone menambahkan ada sebanyak 7 kelompok tani yang mengikuti pelatihan bersama Tani Foundation. Para petani akan mendapatkan pelatihan, pendampingan, informasi pendanaan hingga pemasaran hasil pertanian ke depannya.
Kepala Desa Makmur, Suwardi mengatakan semakin hari persaingan yang dihadapi oleh petani semakin tinggi.
“Kita sangat ingin bisa memotong biaya distribusi dari petani ke konsumen, supaya petani kita meningkat perekonomiannya dan semakin bersemangat bertani,” ucapnya.
Suwardi mengaku permasalahan yang dihadapi oleh petani di desanya cukup banyak, mulai dari akses pembiayaan, pemeliharaan, resiko hingga pemasaran.
“Untuk pembiayaan kita ada fasilitas dari BUMDes, itu dihitung sesuai kadar kemampuan petani, ada dari agen KUR, namun ada juga yang akhirnya terpaksa mengambil dari rentenir karena proses lebih mudah dan pencairan lebih cepat, tapi bunga sangat besar,” tuturnya.
Adapun materi yang disampaikan dalam pelatihan ini di antaranya pengolahan lahan dan hara tanaman, Integrated Pest Management, praktik analisis kesuburan lahan, ekologi tanah hingga ke dampak perubahan iklim.
Rizki, salah satu fasilitator dari Tani Foundation mengatakan dinamika pasar pertanian saat ini seringkali konsumen harus membayar mahal dan petani hanya memperoleh sedikit keuntungan.
“Kita memfasilitasi kelompok tani mulai dari membuat RAB (rencana anggaran biaya) dan pengelolaan keuangan, aspek yang perlu dikendalikan dalam bertani, proses pendampingan selama bertani hingga pendanaan dan pemasaran yang langsung ke konsumen,” katanya.
Ia menambahkan pola kemitraan yang diterapkan Tani Foundation mengedepankan kesejahteraan petani dengan pertanian yang berkualitas. Salah satunya melalui akses pembiayaan P2P lending yang dapat diajukan oleh kelompok tani.
“Kita himpun dana dari investor untuk petani lokal mulai dari modal kecil dengan perhitungan bunga yang adil yang membantu petani melalui akses permodalan dan pasar, serta didampingi oleh pakar pertanian di lapangan agar lebih aman,” imbuhnya.
Diharapkan melalui pelatihan ini, para petani dapat menjalankan praktek pertanian yang lebih baik, menghasilkan produk berkualitas, meningkatkan pendapatan dan dapat langsung dijual ke konsumen.
Hal ini sejalan dengan komitmen kemajuan inklusif APRIL2030 dengan target menghapus kemiskinan ekstrem dalam radius 50 km dari wilayah operasional perusahaan.***