Menteri Perdagangan RI Lepas Produk Viscose Rayon PT APR ke Pasar Global dan Domestik
PANGKALAN KERINCI – Menteri Perdagangan (Mendag) Republik Indonesia, Muhammad Lutfi secara resmi melepas produk serat viscose rayon produksi PT Asia Pacific Rayon (APR) ke pasar global dan domestik, Rabu (1/12/2021) di Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.
Pengiriman ekspor produk serat viscose rayon ini ditandai dengan pelepasan sejumlah truk kontainer oleh Mendag didampingi Wakil Gubernur Riau, Edy Natar Nasution, Bupati Pelalawan, Zukri Misran, RGE Managing Director, Anderson Tanoto, COO APRIL, Eduward Ginting dan Direktur APR, Basrie Kamba.
Adapun jumlah penjualan produk serat viscose rayon hingga akhir Oktober 2021 mencapai 111,01 kilo ton untuk pasar ekspor dan 77,51 kilo ton untuk pasar domestik. Selain itu, Mendag juga melepas ekspor kertas PaperOneTM, produksi PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), yang telah dijual ke lebih dari 75 negara dengan total ekspor mencapai lebih dari 755.000 ton.
Lutfi mengapresiasi keberadaan APR yang diibaratkan sebagai Permata dari Indonesia yang harus dijaga sehingga mampu menjadi perusahaan yang berkelanjutan dan berkompetisi di masa depan tidak hanya menjadi pemain regional, akan tetapi juga menjadi pemain di pasar global.
“Jadi selamat kepada APR yang tidak hanya menjual produksinya di dalam negeri tetapi juga mancanegara, inilah yang kita cita-citakan dan Kementerian Perdagangan akan menjaga situasi perdagangan yang baik untuk bisa menjadi penetrasi ke pasar dunia dan di dalam negeri kita juga harus menjaga kesinambungan produk Indonesia,” ujar Mendag.
Mendag juga mengungkapkan situasi perdagangan dunia yang sedang carut-marut dan kehilangan kepercayaan satu sama lain antar negara. Sejumlah negara Eropa juga telah mengeluarkan undang-undang bagi negara yang diperbolehkan mengekspor produk ke negara mereka harus mendapatkan uji tuntas bahwa produk tersebut berasal dari hutan yang berkelanjutan.
“Untuk itu saya hadir di APR ini karena saya yakin Indonesia bisa dan bertanggung jawab bukan hanya kepada barang Indonesia akan tetapi juga kepada hutan yang menjadi pijakan hidup bangsa Indonesia di masa sekarang dan akan datang,”tambahnya.
APR menghasilkan produk bernilai tambah tinggi seperti serat viscose rayon atau Viscose Staple Fiber (VSF), serat buatan biodegradable dari serat kayu yang memiliki karakteristik mirip dengan kapas. VSF menjadi bahan baku untuk membuat benang, kemudian dijadikan pakaian, garmen dan perlengkapan rumah tangga.
Wakil Gubernur Riau, Edy Natar Nasution mengatakan pelepasan ekspor produk viscose-rayon merupakan tanda bangkitnya perekonomian Riau. Wagubri menjelaskan Provinsi Riau berhasil mencatatkan realisasi investasi sebesar Rp39,543 triliun yang terdiri dari realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp17,763 triliun dan Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar 1.491,8 Dollar AS atau Rp21,780 triliun. Angka tersebut telah mencapai 81 persen dari target yang ditetapkan oleh Kementerian Investasi/BKPM RI kepada Provinsi Riau tahun 2021 yaitu Rp48, 6 triliun.
Pemerintah Provinsi Riau mendukung penuh yang dilakukan dunia usaha untuk meningkatkan investasi dan menggairahkan ekonomi daerah sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pelepasan ekspor ini menjadi momentum berkelanjutan dengan menghasilkan ekspor yang diharapkan terus meningkat.
“Keberadaan pabrik ini merupakan investasi yang ditanamkan RAPP dan APR untuk memproduksi rayon. Pabrik ini merupakan ekspansi RAPP yang sebelumnya hanya bergerak dalam industri pulp dan kertas. Dengan adanya pabrik ini, Riau tidak hanya menjadi pusat industri pulp dan kertas, tetapi juga rayon sebagai bahan baku tekstil,” terangnya.
Beroperasinya pabrik rayon ini dapat menjadi andalan kita terhadap bahan baku tekstil yang berkapasitas skala dunia. Investasi pabrik ini, mendukung agenda pemerintah terhadap industri strategi tekstil skala nasional.
“Kita semua berharap dengan adanya pabrik rayon di Riau ini dapat meningkatkan produk domestik bruto Provinsi Riau sebesar 1,49% dari sektor non-migas serta mendorong geliat industri kecil dan menengah di beberapa sektor usaha yang terlibat dalam kegiatan operasional pabrik. Hal ini dapat membawa efek berantai bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan di Riau,” terangnya.
COO APRIL, Eduward Ginting mengatakan meskipun dunia saat ini sedang menghadapi banyak tekanan di situasi pandemi COVID-19, produksi dan pemasaran produk serat viscose rayon APR tetap menunjukkan kinerja positif. Hal ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, terutama masyarakat, Pemerintah Kabupaten Pelalawan, Pemerintah Provinsi Riau dan Pemerintah Pusat salah satunya Kementerian Perdagangan RI.
“Kegiatan pelepasan kontainer ekspor viscose rayon ke pasar global dan pasar domestik merupakan pencapaian baru APR dalam upaya memperkuat industri tekstil nasional sekaligus mengurangi ketergantungan impor bahan baku tekstil negara lain,” kata Eduward.
Eduward menambahkan sejak diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada Februari 2020 lalu, APR yang baru berusia 3 tahun ini menjadi fasilitas manufaktur viscose rayon terintegrasi dengan dissolving pulp yang berasal dari 100% serat terbarukan hutan tanaman industri (HTI) Asia Pacific Resources International Holdings Limited (APRIL).
“APR juga sudah masuk ke pasar tekstil dunia dengan kriteria rayon viscose yang breathable, ringan, lembut dan 100% disertifikasi berbahan baku alami, viscose rayon unggul dari bahan baku tekstil lainnya karena dapat terurai secara alami dan kembali menjadi kompos di tanah. Inilah yang menjadikan kami optimis, Indonesia mampu menjadi pusat modest fashion dunia,” imbuhnya.
Produksi serat viscose rayon APR mencapai 300.000 ton per tahun dan telah diekspor ke 22 negara. Saat ini, APR juga tengah mempersiapkan pembangunan tahap dua dan menggandakan kapasitas produksinya menjadi 600.000 ton per tahun pada 2023 mendatang.
APR merupakan perusahaan yang berkomitmen dalam mendukung visi pemerintah untuk mendorong produksi nasional yang berorientasi ekspor. Viscose rayon merupakan bahan baku tekstil diproduksi di dalam negeri dengan potensi pasar global yang semakin prospektif sejalan dengan meningkatnya tren sustainable fashion.***
Tulis Komentar