Melintasi Tol Pekanbaru - Dumai, Sensasi Bersafari Melihat Gajah dari Jalur Cepat

Gajah Nia dan anaknya Gajah Rizky yang tinggal di PLG Minas, Kabupaten Siak. (Liputan6.com/M Syukur)

PEKANBARU- Terowongan gajah di beberapa titik Jalan Tol Pekanbaru-Dumai (Permai) ternyata tak hanya jadi pajangan. Azam Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau agar pembangunan tak mengganggu perlintasan gajah akhirnya tercapai.

Menurut Kepala BBKSDA Riau Suharyono, terowongan gajah di Jalan Tol Permai, khususnya di kawasan Minas, Kabupaten Siak, sudah beberapa kali dilalui kawanan gajah liar. Pergerakan ini terpantau dari GPS Collar yang dipasang ke sejumlah gajah beberapa waktu lalu.

Salah satu gajah yang beberapa kali melintas adalah Seruni dan anaknya, Gajah Rimba. Beberapa gajah lain juga sering melintas di terowongan bersama anak dan induk gajah itu.

"Gajah Codet dan Getar biasa mengikuti Seruni serta anaknya," ucap Suharyono, dikutip dari liputan6.com.

Suharyono menyatakan, terowongan gajah itu sebagai bukti dukungan konservasi untuk menjaga perlintasan gajah di Riau. Dia pun mengucapkan terima kasih kepada perusahaan pembangun Tol Permai karena mempertimbangkan konservasi.

Suharyono menceritakan, perlintasan gajah merupakan hal penting dalam konservasi satwa bongsor itu. Dari tahun ke tahun, jalur perlintasannya takkan pernah berubah.

Hal ini pula lah yang membuat gajah bersentuhan langsung dengan masyarakat. Pasalnya, perlintasan gajah yang rutin dilalui kemudian ada perkebunan.

"Lewatnya ya situ, enggak peduli ada kebun ataupun permukiman," ucap Suharyono.

Suharyono menceritakan, beberapa masyarakat yang kebunnya jadi perlintasan gajah kemudian menanam cabai. Ini dilakukan setelah mendengar kabar bahwa gajah tak suka tanaman cabai dan berusaha menghindar.

"Itu enggak terbukti, pas mau panen eh gajah datang, rata dibuatnya," kata Suharyono.

GPS Collar Mitigasi Konflik

Di sisi lain, Suharyono menyebut saat ini sudah ada 11 gajah di Riau terpasang GPS Collar. Dengan demikian pergerakannya terpantau sehingga bisa mengurangi konflik dengan manusia.

Sesuai prosedur penanganan konflik, gajah liar masuk kebun diusir dulu secara manual. Baik itu dengan menggunakan teriakan ataupun bunyi-bunyian memakai petasan.

Upaya terakhir adalah menggunakan gajah jinak untuk mengiring gajah liar menjauh dari masyarakat. Saat ini, BBKSDA punya beberapa gajah latih di pusat latihan gajah.

"Kami juga buka call center agar masyarakat menginformasikan adanya gajah liar," ucap Suharyono.

Suharyono menyebut pemasangan GPS Collar kepada gajah bakal ditambah. Pasalnya saat ini ada 9 kantong gajah di Riau, beberapa di antaranya berpotensi bersinggungan dengan manusia.

"Pemasangan sebagai upaya mitigasi, petugas bisa melihat di mana gajah berada," kata Suharyono.***


[Ikuti Zonapekan.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar