Wali Kota Samakan Kritik Penandaan Rumah Warga Penerima Bantuan dengan Cerita Abu Nawas

Walikota Pekanbaru DR. H. Firdaus S.T., M.T.

PEKANBARU- Akhir- akhir ini masyarakat dari berbagai kalangan banyak menyampaikan kritik kepada Pemerintah Kota Pekanbaru terkait penandaan rumah warga penerima bantuan yang dicat berwarna merah bertuliskan ' keluarga miskin penerima bantuan'.

Menanggapi hal itu melalui video youtube yang diposting Info Pemko Pekanbaru, Walikota Pekanbaru, Firdaus, menyamakan hal tersebut dengan cerita Abu Nawas dengan keledainya yang melewati empat perkampungan.

" Jadi gini ya, kalau di agama Islam ada cerita Abu Nawas dengan keledainya yang melewati empat kelompok kampung. Semua warga menyampaikan komentarnya masing- masing, semuanya salah. Jadi begitulah persepsi masyarakat dengan persoalan ini, makanya kita harus samakan persepsi," kata Firdaus, sambil tertawa menjelaskan di dalam video tersebut.

Namun demikian, Wali Kota berharap semoga ke depan dengan koordinasi yang baik tak ada lagi beda persepsi. Mulai besok Sabtu, 9 Mei 2020, Pemko sudah menyerahkan bantuan untuk tahap tiga.

Wali Kota juga menyampaikan, mengapa Pemko membuat penandaan terhadap rumah warga penerima bantuan, lagi- lagi dia menjelaskan persoalan itu sama dengan cerita Abu Nawas dengan keledai yang melewati empat kelompok kampung.

Sebab ada masyarakat yang bingung menanyakan, warga mana yang menjadi penerima bantuan klaster 1, klaster2, 3 dan 4, tidak tahu dan berpotensi tidak tepat sasaran. 

Sehingga mereka menyarankan rumah warga penerima bantuan diberi tanda. Tapi setelah diikuti saran itu malah ada lagi warga yang menyebut lain bahkan menyalahkan hal itu.

" Wali Kota sudah jelas itu rumah kayu mendapat bantuan kenapa ditulis lagi sudah jelas miskin kok dia. Nah biar saya jelaskan mengapa itu dilakukan karena berbagai persoalan. Ada yang miskin tak dapat bantuan, tapi ada yang kaya malah dapat, makanya kita tandai, tapi salah juga. Saya sebagai Wali Kota bersabar saja, karena kalau melihat dari cerita Abu Nawas itu tak satupun yang benar dilakukannya semua salah," katanya.

Lagi- lagi Wali Kota mengatakan, persoalan itu adalah masalah persepsi, karena itu dalam melihat sesuatu gunakanlah seperti mata lebah. Artinya di saat dalam keburukan lebah akan mencari kebaikan, dan jangan menggunakan mata lalat. Karena lalat adalah binatang yang kotor dan tinggal di tempat yang kotor.

" Di taman bunga yang indah dan harumpun lalat akan mencari yang kotor, mari kita gunakan mata lebah dalam melihat sesuatu," imbuh Firdaus.***


 


[Ikuti Zonapekan.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar