Pernah Disebut Gubernur Seperti Besi Tua, Cagar Budaya Lokomotif Dibenahi Tahun Ini

Cagar budaya Lokomotif Pekanbaru (poto internet).

PEKANBARU Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru, tahun ini bakal melakukan pembenahan terhadap cagar budaya monumen lokomotif yang terletak di dalam komplek Taman Makam Pahlawan Kerja, Jalan Kaharuddin Nasution.

Sebelumnya, Gubernur Riau Syamsuar, mengatakan, cagar budaya lokomotif itu seperti besi tua yang tak bernilai. Sebab,  tak ada kemasan menarik atau inovasi yang kreatif sehingga membuat cagar tersebut tak bermakna apa- apa bahkan terkesan diabaikan, padahal bisa mendatangkan sumber ekonomi bila dikemas dengan baik.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pekanbaru Nurfaisal, mengatakan,  selain monumen lokomotif, tahun 2020 ini juga akan dibenahi cagar budaya Rumah Singgah Tuan Kadi yang terletak di Jalan Panglima Undan, Kelurahan Kampung Bandar, Kecamatan Senapelan.

Sebab saat ini, kondisi bangunan Rumah Singgah Tuan Kadi yang hanya berjarak sekitar 20 meter dari pinggir Sungai Siak sudah mulai dimakan usia. Untuk itu akan dilakukan pembenahan berupa pengecekan ulang terhadap bangunan.

" Dua cagar budaya itu sudah mulai dimakan usia. Karena itu kita akan melakukan pembenahan," kata Nurfaisal.

Bicara anggaran, Nurfaisal, mengatakan, menganggarkan sebesar Rp90 juta untuk pengecatan dua cagar budaya tersebut. 

"Jadi saat ini kita melakukan pengecatan saja," tutupnya.

Sebelumnya diberitakan, Gubernur Riau Syamsuar, juga menyebut, Riau sendiri kaya akan budaya dan cagar budaya. Seperti di Pekanbaru, punya cagar budaya yang memiliki nilai sejarah seperti lokomotif. 

" Tapi kenyataanya, lokomotif yang terletak di Jalan Kaharuddin Nasution seperti besi tua saja," sindir Gubernur Riau H Syamsuar, usai membuka acara Ruang Kita Festival 2019, di Purna MTQ Pekanbaru, Senin (2/12/2019), lalu.

Minimnya keingintahuan orang soal lokomotif yang sudah ada pada masa zaman penjajahan itu, diharapkan dapat dibenahi. Kedepan sambung Gubri, lokomotif itu harus mampu menjadi ikon sejarah kota bertuah yang belakangan menjelma menjadi kota madani. Jika cagar budaya bersejarah itu mampu menjadi ikon, maka diyakini akan memiliki nilai tambah.

Selain di Pekanbaru, daerah lain di Riau juga memiliki jejak lokomotif beserta bentangan relnya, namun karena ketidakpedulian pemerintah setempat lagi-lagi membuat sejarah seolah tak berjejak.

"Di Kuansing sendiri, juga dulu ada real kereta api, tapi sekarang entah dimana relnya, yang harusnya bisa menjadi destinasi sejarah," katanya.

Syamsuar juga mengatakan destinasi bersejarah lain yang seharusnya bisa diangkat seperti benteng tujuh lapis di Rokan Hulu. Potensi destinasi yang bisa dikembangkan dalam usaha meningkatkan pariwisata berbasis budaya harus mendapat perhatian disamping meningkatkan berbagai potensi yang sudah ada.

Kemudian penggalakan kebudayaan tradisional juga harus ditumbuh kembangkan, mungkin bagi sebagian orang hanya sebagai kegiatan biasa, tapi hal seperti itulah yang ingin dilihat orang.

"Orang ingin melihat keaslian. Setiap daerah tentu memiliki nilai budaya masing-masing. Dan setiap daerah di Riau, mulai Tembilahan, Rohil dan daerah lain memiliki cagar dan budaya. Cuma sayangnya tak dikemas dengan baik," jelasnya.

Dalam hal itu Gubri juga mendorong setiap Kabupaten/Kota untuk membuat tim cagar budaya, karena itu sangat penting untuk menginventatisir cagar-cagar budaya yang nantinya bisa dipajangkan untuk Riau.

"Sebenarnya pembentukan cagar budaya ini gampang kerjanya, dengan merekrut pakar-pakar budaya di daerah, kalau tidak ada, bisa kita ambil dari Riau saja.***


[Ikuti Zonapekan.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar